Selasa, 28 Februari 2017

Kisah 2 Mata Uang

RENUNGAN DIRI….

Kisah Percakapan  2 jenis mata Uang…

Saudaraku…
Setiap kita tentu telah memahami bahwa mata Uang Rp.1000 dan Rp.100.000 yang  sama-sama terbuat dari bahan kertas, dan sama-sama dicetak dan diedarkan oleh Negara melalui Bank Indonesia.
Keduanya secara bersamaan keluar dan berpisah dari pintu Bank Indonesia  untuk menyebar dan beredar di masyarakat.sebagai alat tukar pembayaran…

Untuk itu setiap kita pula mampu menghargai kedua mata uang ini lalu mencarinya hingga menghamba pada keduanya. Namun mungkin hanya sedikit dari kita yang mampu menjemputnya dan membelanjakan keduanya dijalan ALLAH dalam rahmat-NYA.

Alkisah Empat bulan kemudian setelah kedua mata uang ini berpisah, beredar dan tersebar di masyarakat, keduanya bertemu kembali secara tidak sengaja di dalam dompet seorang pemuda. Kemudian di antara kedua uang tersebut saling melepas kerinduan dan berdialog satu sama lain tentang pengalam-pengalaman keduanya di masyarakat:

Uang Rp.100. 000 bertanya kepada uang Rp.1000: "Saudara kecilku.., Kenapa fisik badanu tampak begitu lemah dan lusuh dengan bau yang amis?"
Uang Rp.1000 pun menjawab: "ya itu betul adanya saudara tuaku. Karena aku begitu keluar dari Bank langsung berada di tangan orang-orang kecil bawahan, seperti tukang becak, tukang sayur, penjual ikan dan dan bahkan di tangan pengemis".

Kemudian Rp.1000 pun bertanya balik pada Rp.100.000:  "Tapi aku cukup heran, kenapa kamu masih tampak begitu baru, rapi dan masih bersih?"

Uang Rp.100.000 menjawab: "Karena begitu aku keluar dari Bank saat itu, aku langsung disambut oleh para pejabat, para pengusaha, dan perempuan-perempuan cantik dan beredarnya aku pun di tempat-tempat elit seperti restaurant mahal, hotel berbintang dan di mall, serta keberadaanku selalu terjaga dan jarang untuk keluar dari dompet"

Lalu Rp.1000 bertanya lagi: "Pernahkah engkau mampir barang sejenak di tempat ibadah, seperti masjid, anak-anak yatim, fakir-miskin, para janda tua atau pada mereka yang butuh dan perlu disantuni atas dasar keikhlasan tanpa riya’ dan kesombongan diri?"
Dijawablah oleh uang 100 ribu; "Mungkin itu sangat jarang bagiku dan bahkan hamper bisa dikatakan Tidak pernah..!"

Kemudian Rp.1000 pun berkata lagi: "Ketahuilah saudara tuaku..!, walaupun badanku kecil dan lemah seperti ini adanya, tapi setiap Jum'at Mubaraak aku selalu mampir dan hadir  di mushola, masjid, serta di tangan fakir miskin dan anak yatim piatu. Bahkan aku selalu bersyukur kepada ALLAH, Aku dipandang manusia bukan dari sebuah nilai. Tapi yang di pandang adalah sebuah manfaat dan keikhlasan."

Akhirnya menangislah uang Rp.100.000 karena merasa besar, hebat, tinggi tetapi tidak begitu bermanfaat selama ini di jalan ALLAH, aku lebih banyak digunakan untuk suatu pelanggaran-pelanggaran hingga menjadi suatu kemungkaran dan kemaksiatan."
------------

Saudaraku….
Jadi bukan seberapa besar penghasilan kita,
Tapi seberapa bermanfaat penghasilan kita itu. Untuk kita gunakan dan belanjakan dijalan Allah dalam rahmat-Nya.
Karena kekayaan bukanlah untuk menghasilkan kesyirikan dan  kesombongan diri….
Untuk itu gunakanlah dan belanjakanlah mata UANG dan Kekayaan yang TERBAIK dalam nilai kemanfaatan di jalan Allah guna meraih kemulian dan kebahagian kita kelak dihadapan ALLAH kelak.

Moga manfaat dan bisa jadi renungan diri untuk diresapi…! AAmiin

~abah al-faqiir

Berbaktilah...

#...Berbaktilah....#

Jalan yang haq dalam menggapai ridha Allah ‘Azza wa Jalla melalui orang tua adalah birrul walidain. Birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua) merupakan salah satu masalah penting dalam Islam. Di dalam Al-Qur’an, setelah memerintahkan manusia untuk bertauhid, Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan untuk berbakti kepada orang tuanya. Sebagaimana tersurat dalam al-Israa’ ayat 23-24, Allah Ta’ala berfirman:

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

“Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.’” [Al-Israa’ : 23-24]

Ridha Allah Bergantung Kepada Ridha Orang Tua
Sesuai hadits Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, disebutkan:

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: رِضَا الرَّبِّ فِي رِضَا الْوَالِدِ، وَسُخْطُ الرَّبِّ فِي سُخْطِ الْوَالِدِ

“Darii ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiyallaahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ridha Allah bergantung kepada keridhaan orang tua dan murka Allah bergantung kepada kemurkaan orang tua”
Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Adabul Mufrad (no. 2), Ibnu Hibban (no. 2026 al-Mawaarid), at-Tirmidzi (no. 1899), al-Hakim (IV/151-152), ia menshahihkan atas syarat Muslim dan adz-Dzahabi menyetujuinya. Syaikh al-Albani rahimahullaah mengatakan hadits ini sebagaimana yang dikatakan oleh mereka berdua (al-Hakim dan adz-Dzahabi).
Saudaraku..
> Pernahkah kita membentak atau berkata 'ah..!' Pada ibu kita?
> Pernahkah kita mengecewakan atau menyakiti hati dan perasaannya?
> Pernahkah kita mengabaikan atau mengesampingkan nasehatnya?
> Sudahkah kita memuliakan dan membahagiakan ibu kita?
> Sudahkah kita berprilaku atau menghormati dan bertutur kata yang menyejukan hatinya?

Jangan tunggu ibu kita menutup kedua matanya dan manakala telah tertutup kedua mata sang ibu, maka hilanglah satu keberkahan Allah buat kita. Bukankah Ridha Allah Bergantung Kepada Ridha Orang Tua. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, disebutkan:

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: رِضَا الرَّبِّ فِي رِضَا الْوَالِدِ، وَسُخْطُ الرَّبِّ فِي سُخْطِ الْوَالِدِ

“Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiyallaahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ridha Allah bergantung kepada keridhaan orang tua dan murka Allah bergantung kepada kemurkaan orang tua”
Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Adabul Mufrad (no. 2), Ibnu Hibban (no. 2026 al-Mawaarid), at-Tirmidzi (no. 1899), al-Hakim (IV/151-152), ia menshahihkan atas syarat Muslim dan adz-Dzahabi menyetujuinya. Syaikh al-Albani rahimahullaah mengatakan hadits ini sebagaimana yang dikatakan oleh mereka berdua (al-Hakim dan adz-Dzahabi).

Dan suatu ketika Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma bertanya kepada seseorang,“Apakah engkau takut masuk neraka dan ingin masuk ke dalam surga?” Orang itu menjawab, “Ya.” Ibnu Umar berkata,“Berbaktilah kepada ibumu. Demi Allah, jika engkau melembutkan kata-kata untuknya, memberinya makan, niscaya engkau akan masuk surga selama engkau menjauhi dosa-dosa besar.” (HR. Bukhari)

Tidaklah selayaknya anak mengecewakan, menyakiti hati, apalagi mendurhakainya. Dengan kata lain, seseorang yang berbuat keburukan, maksiat, kemungkaran, dan sebagainya, itu sesungguhnya dia telah kehilangan keberkahan dari sang ibu.

Sedemikian pentingnya berbakti pada sang ibu, sehingga Rasulullah SAW mengharuskan anak untuk selalu berbakti kepada ibu sebagai prioritas utamanya. Dan telah diriwayatkan Abu Hurairah, ada seorang laki-laki datang menemui Rasulullah SAW, lalu bertanya: “Siapakah manusia yang paling berhak aku perlakukan dengan baik (berbuat baik kepadanya)?”
Rasulullah menjawab: “Ibumu”. Orang itu bertanya lagi: “Lalu siapa?” Rasul menjawab: “Ibumu”. Orang itu bertanya lagi: “Lalu siapa?” Rasul menjawab: “Ibumu”. Orang itu masih bertanya lagi: “Lalu siapa lagi”. Rasul menjawab: “Kemudian ayahmu.” (HR. Muslim)

Islam memang sangat memuliakan orang tua, terutama ibu, karena jasanya yang tak terkira dan tidak mungkin dapat dibalas dengan apapun. Karena itu, durhaka kepada salah satu atau kepada keduanya, lebih-lebih kepada sang ibu, merupakan dosa besar.

Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Barangsiapa yang ingin diluaskan rizkinya dan di-panjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyam-bung silaturrahimnya.”
Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 5985, 5986), Muslim (no. 2557), Abu Dawud (no. 1693), dari Shahabat Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu.

Doa dan restu sang ibu hendaknya menjadi renungan dan refleksi bagi kita semua agar kita selalu menjadikan sang ibu sebagai salah satu sumber keberkahan dan cinta yang melimpah, sehingga kita memiliki etos fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan), bukan fastabiqul ma’ashi wal munkarat (berlomba-lomba dalam kemaksiatan dan kemunkaran).

اَللّهُمَّ اغْفِرْلِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَاكَمَارَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا.
“Alloohummaghfirlii waliwaalidayya war hamhumaa kama rabbayaanii shagiiraa”.
(Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan Ibu Bapakku, sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku diwaktu kecil).

Moga manfaat untuk lebih berbhakti dan menyayangi ibu kita...!!!

آمِيْنَ آمِيْنَ آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.. آللّهُمَ آمِيْن يَا مُجِيْبَ السَّائِلِيْنَ •

~abah al-faqiir

Senin, 27 Februari 2017

Alqamah anak durhaka

#...Alqamah si Anak durhaka..#

Saudaraku..
Ibu adalah sumber kasih sayang yang melimpah luar biasa bagi sang anak. Sesuai dengan fitrahnya, tidak mungkin seorang anak berani melawan, mendurhakai, dan menyakiti hati ibunya.
Memiliki seorang ibu sesungguhnya merupakan kebanggan, karena pada umumnya ibu sangat memperhatikan dan menyayangi anak-anaknya.
Oleh sebab itu, seorang anak harus selalu bersyukur (berterima kasih) kepada Allah SWT dan kedua orang tuanya, khususnya ibu, yang telah mengandung, melahirkan, menyusui, merawat, menyayangi, mendidik, dan mendewasakan sang anak dengan penuh kelembutan....

> Pernahkah kita membentak atau berkata 'ah..!' Pada ibu kita?
> Pernahkah kita mengecewakan atau menyakiti hati dan perasaannya?
> Pernahkah kita mengabaikan atau mengesampingkan nasehatnya?
> Sudahkah kita memuliakan dan membahagiakan ibu kita?
> Sudahkah kita berprilaku atau menghormati dan bertutur kata yang menyejukan hatinya?

Saudaraku...
Tidak selayaknya anak mengecewakan, menyakiti hati, apalagi mendurhakainya. Dengan kata lain, seseorang yang berbuat jahat, maksiat, korupsi, dan sebagainya sejatinya sudah kehilangan inspirasi sang ibu.

Berikut kisah 'Alqamah' si Anak durhaka....
Kisah seorang anak yang durhaka kepada seorang ibunya ini menceritakan seorang sahabat nabi saw yang bernama Alqamah. Alqamah adalah seorang pemuda yang taat beribadah, rajin melaksanakan shalat fardu dan shalat sunat, dia juga banyak berpuasa dan suka bersedekah.

Pada suatu ketika Alqamah pun jatuh sakit. dan sakitnya pun bisa dibilang sakit keras. melihat kondisi sakitnya. istri alqamah pun merasa kasihan dan akhirnya dia mengirim utusan kepada baginda Nabi Muhammad saw untuk memberitahukan kondisi sakitnya Alqamah.
Mendengar kabar demikian, maka rasululloh saw mengutus 3 orang sahabatnya untuk melihat kondisi sakitnya. dan nabi saw pun bersabda kepada 3 orang sahabatnya tadi "pergilah kalian kerumahnya Alqamah dan talqin-lah untuk mengucapkan LAA ILAHA ILLALLAH" maka beragkatlah mereka ke rumah Alqamah, ternyata saat itu dia sudah dalam keadaan kritis, maka segeralah mereka men-talqinnya, namun ternyata lisan Alqamah tidak bisa mengucapkan lafal ' laa ilaha ilallah'.

Maka mereka (utusan Nabi) pun kembali menghadap baginda Nabi saw dan melaporkan keadaannya alqamah serta kondisinya. mendengar laporan dari para sahabatnya, maka nabi saw pun bertanya,"apakah dia masih mempunyai ke 2 orangtua?". Dan ada yang menjawab, "ada wahai Rasululloh, dia masih mempunyai seorang ibu yang sudah tua renta,"
maka rasul pun mengirim utusan untuk menemui ibunya Alqamah, dan beliau berkata kepada utusan itu, "katakan kepada ibunya, jika dia masih mampu berjalan untuk menemui Rasululloh saw maka datanglah, namun jika tidak ,maka Rasululloh saw sendiri yang akan datang menemuinya."

Pada saat utusan itu sudah sampai di rumahnya ibu alqamah, maka mereka pun mengatakan apa yang di pesankan atau di perintah kan oleh baginda nabi Muhammad saw, mendengar pesan tersebut maka ibu alqamah pun berkata, "sayalah yang lebih berhak untuk mendatangi Rasululloh saw"

Ibu Alqamah pun berangkat bersama dengan para utusannya Nabi saw dengan berjalaan memakai tongkat, untuk menemui Rasululoh saw, dan sesampainya di tempatnya baginda Nabi saw. ibu Alqamah pun mengucapkan salam dan Nabi saw pun menjawab salamnya, lalu baginda nabi saw pun bersabda kepadanya,"wahai ibu Alqamah, jawablah pertanyaanku, dengan jujur sebab jika engkau berbohong maka akan datang wahyu dari Allah swt yang akan meberitahukan kepadaku, tentang bagaimana sebenarnya keadaan putra mu Alqamah?"

Ibu Alqamah pun menjawab," wahai Rasululloh, dia rajin mengerjakan shalat, banyak berpuasa dan banyak bersedekah," lalu Rasululloh bertanya," lalu apa perasaanmu padanya?" ibunya menjawab," saya marah padanya wahai Rasululloh," dan Rasululloh pun bertanya lagi,"kenapa?". ibunya pun menjawab," wahai Rasululloh, dia lebih mengutamakan istrinya di banding kepada ibunya dan diapun durhaka kepadaku,"

Rasululloh saw pun bersabda, "wahai ibu Alqamah, sesungguhnya kemarahan sang ibu telah menghalangi lisan Alqamah, sehingga dia tidak bisa mengucapkan syahadat."kemudian beliau bersabda,"wahai Bilal, pergilah dan kumpulkan kayu bakar yang banyak," si ibu berkata,"wahai Rasululloh , apa yang akan Engkau perbuat?"
Nabi pun menjawab,"saya akan membakarnya dihadapanmu." sang ibu pun menjawab,"wahai Rasululloh, saya tidak akan tahan melihatnya jika Engkau membakar anakku dihadapanku" maka Rasululloh pun menjawab,"wahai ibu Alqamah, sesungguhnya adzab Allah itu lebih pedih dan langgeng, kalau engkau ingin agar Allah mengampuninya, maka relakanlah anakmu Alqamah, demi dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, shalat, puasa dan sedekahnya tidak akan memberinya manfaat sedikitpun selagi engkau ibunya masih marah kepadanya," maka ibu Alqamah pun berkata,"wahai Rasululloh, Allah sebagai saksi, juga para malaikat dan semua kaum muslimin yang hadir pada saat ini, bahwa saya telah ridho pada anakku Alqamah," maka rasul pun berkata kepada Bilal, "wahai Bilal pergilah ke rumah Alqamah dan lihat apakah dia sudah bisa mengucapkan syahadat atau belum, barangkali ibu Alqamah mengucapkan sesuatu yang bukan keluar dari hatinya, barangkali saja dia merasa malu kepadaku."

Kemudian Bilal pun pergi kerumah Alqamah, dan dia pun mendengar Alqamah mengucapkan 'laa ilaha illallah', dan Bilal pun masuk dan berkata,"wahai sekalian manusia sesungguhnya kemarahan ibunya kepada Alqamah telah menghalangi lisannya, sehingga tidak bisa mengucapkan syahadat dan ridha ibunya telah menjadikan Alqamah mampu mengucapkan syahadat.dan Alqamah pun meninggal setelah mengucapkan syahadat."

Selanjutnya Rasul pun memerintahkan agar mayyit Alqamah di mandikan serta di kafani, kemudian beliau menshalatkannya dan menguburkannya. Dan Beliau pun bersabda," wahai sekalian kaum muhajirin dan anshar,barang siapa yang melebihkan istrinya daripada ibunya, dia akan mendapatkan laknat dari Allah, para malaikat dan sekalian manusia, Allah tidak akan menerima amalannya sedikitpun kecuali kalau dia mau bertaubat serta berbuat baik pada ibunya serta meminta ridhanya, karena ridha Allah tergantung pada ridhanya serta kemarahan Allah tergantung pada kemarahan ibunya.

Sedemikian pentingnya inspirasi sang ibu, sehingga Rasulullah SAW mengharuskan anak berbakti kepada ibu sebagai prioritas utamanya.
Diriwayatkan Abu Hurairah, ada seorang laki-laki datang menemui Rasulullah SAW, lalu bertanya: “Siapakah manusia yang paling berhak aku perlakukan dengan baik (berbuat baik kepadanya)?”

Rasulullah menjawab: “Ibumu”. Orang itu bertanya lagi: “Lalu siapa?” Rasul menjawab: “Ibumu”. Orang itu bertanya lagi: “Lalu siapa?” Rasul menjawab: “Ibumu”. Orang itu masih bertanya lagi: “Lalu siapa lagi”. Rasul menjawab: “Kemudian ayahmu.” (HR. Muslim)

Islam memang sangat memuliakan orang tua, terutama ibu, karena jasanya yang tak terkira dan tidak mungkin dapat dibalas dengan apapun. Karena itu, durhaka kepada salah satu atau kepada keduanya, lebih-lebih kepada sang ibu, merupakan dosa besar.

Inspirasi sang ibu hendaknya menjadi renungan dan refleksi bagi kita semua agar kita selalu menjadikan sang ibu sebagai sumber motivasi dan cinta yang melimpah, sehingga kita memiliki etos fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan), bukan fastabiqul ma’ashi wal munkarat (berlomba-lomba dalam kemaksiatan dan kemunkaran).

اَللّهُمَّ اغْفِرْلِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَاكَمَارَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا.
“Alloohummaghfirlii waliwaalidayya war hamhumaa kama rabbayaanii shagiiraa”.
(Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan Ibu Bapakku, sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku diwaktu kecil).

Moga manfaat untuk lebih berbhakti dan menyayangi ibu kita...!!!

آمِيْنَ آمِيْنَ آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.. آللّهُمَ آمِيْن يَا مُجِيْبَ السَّائِلِيْنَ •

~abah al-faqiir

Alqamah anak durhaka

#...Alqamah si Anak durhaka..#

Saudaraku..
Ibu adalah sumber kasih sayang yang melimpah luar biasa bagi sang anak. Sesuai dengan fitrahnya, tidak mungkin seorang anak berani melawan, mendurhakai, dan menyakiti hati ibunya.
Memiliki seorang ibu sesungguhnya merupakan kebanggan, karena pada umumnya ibu sangat memperhatikan dan menyayangi anak-anaknya.
Oleh sebab itu, seorang anak harus selalu bersyukur (berterima kasih) kepada Allah SWT dan kedua orang tuanya, khususnya ibu, yang telah mengandung, melahirkan, menyusui, merawat, menyayangi, mendidik, dan mendewasakan sang anak dengan penuh kelembutan....

> Pernahkah kita membentak atau berkata 'ah..!' Pada ibu kita?
> Pernahkah kita mengecewakan atau menyakiti hati dan perasaannya?
> Pernahkah kita mengabaikan atau mengesampingkan nasehatnya?
> Sudahkah kita memuliakan dan membahagiakan ibu kita?
> Sudahkah kita berprilaku atau menghormati dan bertutur kata yang menyejukan hatinya?

Saudaraku...
Tidak selayaknya anak mengecewakan, menyakiti hati, apalagi mendurhakainya. Dengan kata lain, seseorang yang berbuat jahat, maksiat, korupsi, dan sebagainya sejatinya sudah kehilangan inspirasi sang ibu.

Berikut kisah 'Alqamah' si Anak durhaka....
Kisah seorang anak yang durhaka kepada seorang ibunya ini menceritakan seorang sahabat nabi saw yang bernama Alqamah. Alqamah adalah seorang pemuda yang taat beribadah, rajin melaksanakan shalat fardu dan shalat sunat, dia juga banyak berpuasa dan suka bersedekah.

Pada suatu ketika Alqamah pun jatuh sakit. dan sakitnya pun bisa dibilang sakit keras. melihat kondisi sakitnya. istri alqamah pun merasa kasihan dan akhirnya dia mengirim utusan kepada baginda Nabi Muhammad saw untuk memberitahukan kondisi sakitnya Alqamah.
Mendengar kabar demikian, maka rasululloh saw mengutus 3 orang sahabatnya untuk melihat kondisi sakitnya. dan nabi saw pun bersabda kepada 3 orang sahabatnya tadi "pergilah kalian kerumahnya Alqamah dan talqin-lah untuk mengucapkan LAA ILAHA ILLALLAH" maka beragkatlah mereka ke rumah Alqamah, ternyata saat itu dia sudah dalam keadaan kritis, maka segeralah mereka men-talqinnya, namun ternyata lisan Alqamah tidak bisa mengucapkan lafal ' laa ilaha ilallah'.

Maka mereka (utusan Nabi) pun kembali menghadap baginda Nabi saw dan melaporkan keadaannya alqamah serta kondisinya. mendengar laporan dari para sahabatnya, maka nabi saw pun bertanya,"apakah dia masih mempunyai ke 2 orangtua?". Dan ada yang menjawab, "ada wahai Rasululloh, dia masih mempunyai seorang ibu yang sudah tua renta,"
maka rasul pun mengirim utusan untuk menemui ibunya Alqamah, dan beliau berkata kepada utusan itu, "katakan kepada ibunya, jika dia masih mampu berjalan untuk menemui Rasululloh saw maka datanglah, namun jika tidak ,maka Rasululloh saw sendiri yang akan datang menemuinya."

Pada saat utusan itu sudah sampai di rumahnya ibu alqamah, maka mereka pun mengatakan apa yang di pesankan atau di perintah kan oleh baginda nabi Muhammad saw, mendengar pesan tersebut maka ibu alqamah pun berkata, "sayalah yang lebih berhak untuk mendatangi Rasululloh saw"

Ibu Alqamah pun berangkat bersama dengan para utusannya Nabi saw dengan berjalaan memakai tongkat, untuk menemui Rasululoh saw, dan sesampainya di tempatnya baginda Nabi saw. ibu Alqamah pun mengucapkan salam dan Nabi saw pun menjawab salamnya, lalu baginda nabi saw pun bersabda kepadanya,"wahai ibu Alqamah, jawablah pertanyaanku, dengan jujur sebab jika engkau berbohong maka akan datang wahyu dari Allah swt yang akan meberitahukan kepadaku, tentang bagaimana sebenarnya keadaan putra mu Alqamah?"

Ibu Alqamah pun menjawab," wahai Rasululloh, dia rajin mengerjakan shalat, banyak berpuasa dan banyak bersedekah," lalu Rasululloh bertanya," lalu apa perasaanmu padanya?" ibunya menjawab," saya marah padanya wahai Rasululloh," dan Rasululloh pun bertanya lagi,"kenapa?". ibunya pun menjawab," wahai Rasululloh, dia lebih mengutamakan istrinya di banding kepada ibunya dan diapun durhaka kepadaku,"

Rasululloh saw pun bersabda, "wahai ibu Alqamah, sesungguhnya kemarahan sang ibu telah menghalangi lisan Alqamah, sehingga dia tidak bisa mengucapkan syahadat."kemudian beliau bersabda,"wahai Bilal, pergilah dan kumpulkan kayu bakar yang banyak," si ibu berkata,"wahai Rasululloh , apa yang akan Engkau perbuat?"
Nabi pun menjawab,"saya akan membakarnya dihadapanmu." sang ibu pun menjawab,"wahai Rasululloh, saya tidak akan tahan melihatnya jika Engkau membakar anakku dihadapanku" maka Rasululloh pun menjawab,"wahai ibu Alqamah, sesungguhnya adzab Allah itu lebih pedih dan langgeng, kalau engkau ingin agar Allah mengampuninya, maka relakanlah anakmu Alqamah, demi dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, shalat, puasa dan sedekahnya tidak akan memberinya manfaat sedikitpun selagi engkau ibunya masih marah kepadanya," maka ibu Alqamah pun berkata,"wahai Rasululloh, Allah sebagai saksi, juga para malaikat dan semua kaum muslimin yang hadir pada saat ini, bahwa saya telah ridho pada anakku Alqamah," maka rasul pun berkata kepada Bilal, "wahai Bilal pergilah ke rumah Alqamah dan lihat apakah dia sudah bisa mengucapkan syahadat atau belum, barangkali ibu Alqamah mengucapkan sesuatu yang bukan keluar dari hatinya, barangkali saja dia merasa malu kepadaku."

Kemudian Bilal pun pergi kerumah Alqamah, dan dia pun mendengar Alqamah mengucapkan 'laa ilaha illallah', dan Bilal pun masuk dan berkata,"wahai sekalian manusia sesungguhnya kemarahan ibunya kepada Alqamah telah menghalangi lisannya, sehingga tidak bisa mengucapkan syahadat dan ridha ibunya telah menjadikan Alqamah mampu mengucapkan syahadat.dan Alqamah pun meninggal setelah mengucapkan syahadat."

Selanjutnya Rasul pun memerintahkan agar mayyit Alqamah di mandikan serta di kafani, kemudian beliau menshalatkannya dan menguburkannya. Dan Beliau pun bersabda," wahai sekalian kaum muhajirin dan anshar,barang siapa yang melebihkan istrinya daripada ibunya, dia akan mendapatkan laknat dari Allah, para malaikat dan sekalian manusia, Allah tidak akan menerima amalannya sedikitpun kecuali kalau dia mau bertaubat serta berbuat baik pada ibunya serta meminta ridhanya, karena ridha Allah tergantung pada ridhanya serta kemarahan Allah tergantung pada kemarahan ibunya.

Sedemikian pentingnya inspirasi sang ibu, sehingga Rasulullah SAW mengharuskan anak berbakti kepada ibu sebagai prioritas utamanya.
Diriwayatkan Abu Hurairah, ada seorang laki-laki datang menemui Rasulullah SAW, lalu bertanya: “Siapakah manusia yang paling berhak aku perlakukan dengan baik (berbuat baik kepadanya)?”

Rasulullah menjawab: “Ibumu”. Orang itu bertanya lagi: “Lalu siapa?” Rasul menjawab: “Ibumu”. Orang itu bertanya lagi: “Lalu siapa?” Rasul menjawab: “Ibumu”. Orang itu masih bertanya lagi: “Lalu siapa lagi”. Rasul menjawab: “Kemudian ayahmu.” (HR. Muslim)

Islam memang sangat memuliakan orang tua, terutama ibu, karena jasanya yang tak terkira dan tidak mungkin dapat dibalas dengan apapun. Karena itu, durhaka kepada salah satu atau kepada keduanya, lebih-lebih kepada sang ibu, merupakan dosa besar.

Inspirasi sang ibu hendaknya menjadi renungan dan refleksi bagi kita semua agar kita selalu menjadikan sang ibu sebagai sumber motivasi dan cinta yang melimpah, sehingga kita memiliki etos fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan), bukan fastabiqul ma’ashi wal munkarat (berlomba-lomba dalam kemaksiatan dan kemunkaran).

اَللّهُمَّ اغْفِرْلِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَاكَمَارَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا.
“Alloohummaghfirlii waliwaalidayya war hamhumaa kama rabbayaanii shagiiraa”.
(Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan Ibu Bapakku, sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku diwaktu kecil).

Moga manfaat untuk lebih berbhakti dan menyayangi ibu kita...!!!

آمِيْنَ آمِيْنَ آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.. آللّهُمَ آمِيْن يَا مُجِيْبَ السَّائِلِيْنَ •

~abah al-faqiir

Minggu, 26 Februari 2017

Jangan riya'

Janganlah Riya'

Sungguh sombong dan kesombongan itu akan menolak kebenaran dan mudah meremehkan atau merendahkan orang lain..
Berhati-hatilah..!

~abah al-faqiir

Sabtu, 25 Februari 2017

Sayangilah diri...

Sayangilah diri...

Sayangilah diri, keluarga dan anak turun kita dari adzab Allah yang sangat pedih dan menghinakan...

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ▪
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan". (Qs. At-Tahrim:6)

Moga bisa jadi renungan dalam sujud kita

~abah al-faqiir

Bumi saksi Kunci

Bumi akan jadi SAKSI Kunci...

"Sesungguhnya kelak dihadapan mahkamah pengadilan Allah, kabar berita yang akan disampaikan oleh bumi yang menjadi saksi terakhir atau sebagai 'Saksi Kunci' atas segala ucapan, perilaku, dan perbuatan manusia saat mereka masih berada di atas punggungnya di dunia. Bumi akan memberikan kesaksian yang sama baik itu lelaki ataupun perempuan terhadap apa-apa yang telah mereka lakukan baik itu amal-amal shaleh dan ketaatan maupun amal-amal salah dan kemaksiatan diatas punggungnya.

Bumi akan berkata: Dia telah melakukan ini dan itu pada hari ini dan itu. Itulah berita yang akan disampaikan oleh bumi."  (HR.Imam Tirmizi).

Kesimpulan Hadits:
1). Dorongan supaya melakukan amal-amal shaleh dan ketaatan kepada Allah dan Rosul-Nya serta menjauhkan diri dari amal-amal salah dan perbuatan-perbuatan maksiat.

2). Kemampuan Allah s.w.t menjadikan benda-benda mati yang keras itu mampu berbicara di mana bumi akan memberikan  kesaksiannya itu terhadap setiap perkara yang berlaku tanpa ada kedustaan sedikitpun dari kesaksiannya itu.

3). Larangan keras terhadap mereka yang gemar  melakukan kemaksiatan, walaupun dia jauh dari pandangan orang lain tetapi bumi tetap akan memberi kesaksian nyadi hadapan Allah s.w.t yang menjadi hakim di hari kiamat kelak.

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيم▪
ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ▪
إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ▪
فَمَا يُكَذِّبُكَ بَعْدُ بِالدِّينِ▪
أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَحْكَمِ الْحَاكِمِينَ▪
"sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka).
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.
Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah (adanya keterangan-keterangan) itu?
Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya?"
(Qs. At-Tin : 4-8)
___________
أَسْتَغفِرُاللهَ الْعَظيِمْ ▪
لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ ▪

~abah al-faqiir

Jumat, 24 Februari 2017

Rosulullah dan Pengemis buta

Rasulullah SAW. dan Pengemis Yahudi Buta

Kisah teladan dari Rasulullah Muhammad SAW yang agung dan mulia.

Di sudut pasar Madinah Al-Munawarah seorang pengemis Yahudi buta hari demi hari apabila ada orang yang mendekatinya ia selalu berkata “Wahai saudaraku jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya”.Setiap pagi  Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawa makanan, dan tanpa berkata sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuap makanan yang dibawanya kepada pengemis itu walaupun pengemis itu selalu berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama Muhammad. Rasulullah SAW melakukannya hingga menjelang  Nabi Rasulullah SAW wafat. Setelah kewafatan Rasulullah SAW tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu.

Suatu hari Abubakar r.a berkunjung ke rumah anaknya Aisyah r.ha. Beliau bertanya kepada anaknya, “Anakku adakah sunnah kekasihku yang belum aku kerjakan”, Aisyah r.ha menjawab pertanyaan ayahnya, “Wahai ayah engkau adalah seorang ahli sunnah hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum ayah lakukan kecuali satu sunnah saja”. “Apakah itu?”, tanya Abubakar r.a. “Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke hujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana”, kata Aisyah r.ha.

Keesokan harinya Abubakar r.a. pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikannya kepada pengemis itu. Abubakar r.a mendatangi pengemis itu dan memberikan makanan itu kepada nya. Ketika Abubakar r.a. mulai menyuapnya, si pengemis marah sambil berteriak, “Siapakah kamu ?”. Abubakar r.a menjawab, “Aku orang yang biasa”. “Bukan !, engkau bukan orang yang biasa mendatangiku”, jawab si pengemis buta itu. “Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut dengan mulutnya setelah itu ia berikan pada ku dengan mulutnya sendiri”, pengemis itu melanjutkan perkataannya.

Abubakar r.a. tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, “aku memang bukan orang yang biasa datang pada mu, aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah s.a.w.“ Setelah pengemis itu mendengar cerita Abubakar r.a. ia pun menangis dan kemudian berkata, “benarkah demikian?, selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia….” Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat dihadapan Abubakar r.a.

Subhanallah. Betapa mulia akhlak Rasulullah Muhammad SAW. Oleh karena itu, sudah seharusnya kita meneladani manusia pilihan ini dengan tanpa tanpa ragu. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. al Hasyr [59]: 7 :

وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا
Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.

*Semoga kita dimudahkan Allah SWT untuk sentiasa mengambil hikmah dan ibrah dari kehidupan Beliau dengan jalan meneladani Beliau dalam seluruh aspek kehidupan kita. .

~abah al-faqiir


Hitam dan Putih

HITAM dan PUTIH...

Doa Rosulullah  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ memohon perlindungan dari kemungkaran akhlak...

” اللَّهُمَّ جَنِّبْنِي مُنْكَرَاتِ الأَخْلاقِ، وَالأَهْوَاءِ، وَالأَسْوَاءِ، وَالأَدْوَاءِ “
“Allaahumma jannibniy munkaraatil akhlaaq, wal ahwaa’, wal aswaa’, wal adwaa’
(Ya Allah, hindarkanlah diriku dari berbagai macam kemungkaran akhlak, hawa-hawa nafsu, kejelekan-kejelekan dan penyakit-penyakit).”
-------
أَخْبَرَنَا عَلِيُّ بْنُ الْحَسَنِ بْنِ سُلَيْمَانَ، بِالْفُسْطَاطِ، قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ مُحْرِزٍ، حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ، عَنْ مِسْعَرِ بْنِ كِدَامٍ، عَنْ زِيَادِ بْنِ عِلاقَةَ، عَنْ عَمِّهِ، قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ: ” اللَّهُمَّ جَنِّبْنِي مُنْكَرَاتِ الأَخْلاقِ، وَالأَهْوَاءِ، وَالأَسْوَاءِ، وَالأَدْوَاءِ “
Telah mengkhabarkan kepada kami ‘Aliy bin Al-Hasan bin Sulaimaan -di Fusthaath-, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Aliy bin Muhriz, telah menceritakan kepada kami Abu Usaamah, dari Mis’ar bin Kidaam, dari Ziyaad bin ‘Ilaaqah, dari Pamannya
[1], ia berkata, Rosulullah  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ  bersabda, “Allaahumma jannibniy munkaraatil akhlaaq, wal ahwaa’, wal aswaa’, wal adwaa’ (Ya Allah, hindarkanlah diriku dari berbagai macam kemungkaran akhlak, hawa-hawa nafsu, kejelekan-kejelekan dan penyakit-penyakit).” [Shahiih Ibnu Hibbaan 3/240]
[2]Diriwayatkan pula oleh At-Tirmidziy (Jaami’ At-Tirmidziy no. 3591)
[3]; Al-Haakim (Al-Mustadrak 1/532)
[4]; Ath-Thabaraaniy (Mu’jam Al-Kabiir no. 36); Ibnu Abi ‘Aashim (As-Sunnah no. 13)
[5]; Al-Baihaqiy (Syu’abul Iimaan no. 8540); Al-Bazzaar (Musnad no. 3706); Abu Nu’aim Al-Ashbahaaniy (Hilyatul Auliyaa’ 7/278).

Moga manfaat dan dijauhkan dari kesombongan atas apa-apa yang dititipkan dan diamanahkan pada kita serta dijauhkan dari kemungkaran akhlak, hawa nafsu, penyakit-penyakit hati dan tipu-daya syaitan dalam kita menapaki hidup dan kehidupan diatas punggung bumi yang fana ini. Aamiin.

صَدَقَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ 
آللّهُمَ صَلّیۓِ ۈسَلّمْ عَلۓِ سَيّدنَآ مُحَمّدْ وَ عَلۓِ آلِ سَيّدنَآ مُحَمَّدٍ  وصحبِه وَسَلَّمَ

~abah al-faqiir

Kamis, 23 Februari 2017

Bersholawat

Jum"ah Mubaraaq..

Hiasi hidup ini dengan bersholawat dan Banyak-banyaklah Bersholawat atas Nabi Shalallahu 'Alahi Wasalam...

Sahabat Rosulullah  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ , abdullah bin Amru bin Ash رضي الله عنه menuturkan bahwa dia mendengar Rosulullah  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ bersabda; "Barang siapa yang bersholawat kepadaku sekali, maka Allah  سبحانه وتعالى membalas (memberikan) kepadanya rahmat sepuluh kali dari sekali sholawatnya itu" (HR. Muslim dalam tema 'Ash-Shalat' no 384)

Disini jelas akan keutamaan bersholawat kepada Rosulullah  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ dan anjuran untuk banyak-banyak membaca sholawat kepada Habiballah Rosulullah  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ .

آللّهُمَ صَلّیۓِ ۈسَلّمْ عَلۓِ سَيّدنَآ مُحَمّدْ وَ عَلۓِ آلِ سَيّدنَآ مُحَمَّدٍ  وصحبِه وَسَلَّمَ

~abah al-faqiir

Selasa, 21 Februari 2017

Inagat dan Bersyukurlah

JANGAN PERNAH BERPALING...
INGAT DAN BERSYUKURLAH..

Mari kita renungkan firman Allah dalam Surat Ar-Ra'du berikut ini...

قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ قُلِ اللَّهُ ۚ قُلْ أَفَاتَّخَذْتُمْ مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ لَا يَمْلِكُونَ لِأَنْفُسِهِمْ نَفْعًا وَلَا ضَرًّا ۚ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَىٰ وَالْبَصِيرُ أَمْ هَلْ تَسْتَوِي الظُّلُمَاتُ وَالنُّورُ ۗ أَمْ جَعَلُوا لِلَّهِ شُرَكَاءَ خَلَقُوا كَخَلْقِهِ فَتَشَابَهَ الْخَلْقُ عَلَيْهِمْ ۚ قُلِ اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ▪
Katakanlah: "Siapakah Tuhan langit dan bumi?" Jawabnya: "Allah". Katakanlah: "Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri?". Katakanlah: "Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?" Katakanlah: "Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dialah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa". (Qs. Ar-Ra'du:16)

Untuk itu ingatlah selalu akan Allah yang Maha Memiliki apa-apa yang ada di langit dan di bumi. Bersyukurlah... dan jangan mengingkari nikmat-Nya

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوب▪
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (Qs. Ar-Ra'du:28)

Moga manfaat billah dan bisa menjadi nutrisi qolbu dalam iman, islam, ikhsaan kita kepada Allah semata. Aamiin

~abah al-faqiir

Ya Ala Baitin Nabi

Ya Ala Baitin Nabi

ياآل بيت النبی
۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰

ياال بيت النبی ۰۞۰ السيد العربی
Yâ Âla baitin-nabî Assayyidil ‘Arobî

لکم مددت يدی ۰۞۰ ففرج کرب
Lakum madadtu yadî Fafarrij kurobi

ياعزة ظهرت ۰۞۰ فی رحمة نشرت
Yâ ‘izzatan dhoharot
Fî rohmatin nusyirot

علی القلوب بفيض الجود والمدد
‘Alâl qulûbi bifaidlil jûdi wal madadi

السعد من خدمی ۰۞۰ مادمت خادمکم
Assa’du min khodamî Mâ dumtu khôdimakum

والبسط حالی والأفراح طوع يدی
Wal basthu hâlî wal afrôhu thou’u yadî

أناالفقير إليکم والغنی لکم
Anal~faqîru ilaikum wal ghoniy lakum

وليس لی بفدکم حرصا علی أحد
Wa laisa lî bifaddikum hirshon ‘alâ ahadi

لاغيب الله عنی وجهکم أبدا
Lâ ghîballãhu ‘annî wajhukum abadâ

حتی يطيب بکم عيش إلی الأبد
Hattâ yathîba bikum ‘aisyun ilâl abadi

أنتم حياتی إذا شاهدتکم حضرت
Antum hayâtî idzâ syâhadtukum hadlorot

وأنه أنتموالغيب الروح عن جسد
Wa annahu antumûl ghoibur-rûhi ‘an jasadi
_______________

ياآل بيت النبی السيد العربی
لکم مددت يدي ففرج کربي
Yâ ãla baitin-Nabî as-Sayyidil ‘Arobî Lakum madadtu yadî fafarriju kurobî
(Wahai keluarga Nabi, pemimpin bangsa Arab. Kepada kalianlah aku ulurkan tanganku, maka bantulah kesulitanku).

إعرف الحق لأهل الحق واسلك معاهم
فی طريق التقی من حيث ساروا وراهم
I’rifil haqqi li ahlil haqqi wasluk ma’âhum Fî thorîqit-tuqô min haitsu sârû warôhum
(Ketahuilah kebenaran dari ahlinya, berjalanlah bersama ketaqwaan mereka. Mereka berjalan di jalan ketaqwaan, tetaplah di belakang mereka).

فالسعادة منوطة کلها باقتفاهم
بخت من قد رآهم أو رأی من رآهم
Fassa’âdah manûthoh kullahâ biqtifâhum
Bakhta man qod rô-ãhum aw rô-â man rô-ãhum
(Karena semua kebahagiaan, dapat diraih dengan mengikuti mereka. Sungguh beruntung orang-orang yang pernah melihat mereka atau melihat orang-orang yang pernah melihat mereka).

أو تعلق بهم دائم ولازم فناهم
فإنهم قوم ماحد فی البرية گماهم
Aw ta’allaq bihim dâ-im walâzam fînâhum
Fa-innahum qoum mâhad fîl bariyyati kamâhum
(Atau selalu berhubungan dengan mereka, atau tinggal di tempat mereka. Karena mereka adalah kaum yang tiada duanya dalam semua ciptaan ini).

لا ترافق وتصحب فی الخليقة سواهم
فان مولاك وفر من هباته عطاهم
Lâ turôfiq wa tash-hab fîl kholîqoti siwâhum Fa-inna maulâk waffar min hibâtih ‘athôhum
(Janganlah engkau berteman dan bersahabat dengan makhluk selain dengan mereka. Karena Tuhanmu memberikan pemberian penuh (lengkap) kepada mereka).

باتباعه وحبه حقق الله رجاهم
ياهناهم بحب المصطفی يا هناهم
Bittibâ’ih wa hubbih haqqoqollâh rojâhum Yâ hanâhum bihubbil Mushthofâ yâ hanâhum
(Dengan mengikuti dan mencintai beliau, Allah meyakinkan harapan mereka. Aduhai senangnya, aduhai senangnya mereka karena mendapat cinta Nabi al-Musthofa )

رب بلغني أمالی بجاهه گماهم
والصلاة علی خير الوری مصطفاهم
Robbi ballighnî amâlî bijâhih kamâhum Washsholâtu ‘alâ khoiril warô Mushthofâ-hum
(Wahai Tuhanku, dengan pangkat beliau sampaikanlah cita-citaku seperti mereka. Semoga sholawat selalu diberikan kepada manusia terbaik dan manusia pilihan)

Jejaring Sosial

JAGALAH LISAN & TULISAN...

Menjaga lisan dan pendengaran adalah amanah bagi kita untuk bisa menahan diri dan saling menjaga tutur kata dari lisan kita untuk suatu ketaatan dan ketebalan iman kita kepada Allah semata. Sebagaimana firman-firman-Nya untuk menjaga lisan kita;

Lisan atau mulut adalah media bagi manusia dalam mencapai maslahat bagi dirinya, yang karenanya Allah subhanahu wata’ala menetapkan kewajiban terhadap lisan untuk tetap melaksanakan atau menggunakan lisan tersebut sesuai dengan perintahNYA, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala, artinya,

قُولُوا آَمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا
“Katakanlah (hai orang-orang mu'min), "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami.” (QS.al-Baqarah:136)
Dan juga firman-Nya

وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا
“Serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia.” (QS al-Baqarah:83)

Ibnu Umar رضي الله عنه menuturkan bahwa Rosulullah  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda; "Janganlah kalian banyak bicara tanpa disertai dzikir kepada Allah, karena sesungguhnya banyak bicara tanpa disertai dzikir kepada Allah  سبحانه وتعالى itu akan menyebabkan kerasanya hati. Dan sesungguhnya hamba yang paling jauh dari Allah  سبحانه وتعالى adalah hamba yang keras (mati) hatinya". (HR. Tirmidzi dalam tema 'Az-Zahdu, no. 2413).

Ini bahwasanya banyak membicarakan perkara-perkara yang tidak bermanfaat (dapat menimbulkan mudharat) itu akan menyebabkan keras (mati) nya hati sehingga jauh dari rahmat Allah  سبحانه وتعالى dan sulit menerima petunjuk atau nasehat yang baik.

Sementara Allah  سبحانه وتعالى membagi hati menjadi 3 macam; 2 hati akan terkena fitnah, yaitu hati yang di dalamnya ada penyakit dan hati yang keras (mati). Dan hanya ada satu hati yang selamat, yaitu hati dari seorang mukmiin yang selalu merendahkan dirinya kepada Allah  سبحانه وتعالى . Inilah hati yang akan selalu merasa tenang bersama Allah, tunduk, berserah diri, serta taat kepada-Nya.

Hati yang keras (mati) itu adalah hati yang tak ada kehidupan di dalamnya. Ia jauh dari mengenal Allah. Ia bahkan selalu menuruti keinginan nafsunya dan menjadikan nafsu sebagai tuhannya. Dan ia akan dimurkai oleh Allah  سبحانه وتعالى , namun ia tidak perduli apakah Allah akan ridha atau murka, asalkan ia bisa mendapatkan apa yang menjadi keinginan nafsunya.

Jika ia mencintai atau membenci itu karena nafsunya, dan bila ia memberi, berbagi, atau menolak itu juga karena nafsunya dan bukan karena Allah  سبحانه وتعالى .

Hawa nafsu akan menjadi pemimpinnya, syahwat menjadi komandannya, kebodohan menjadi sopirnya, dan kelalaian menjadi keandaraannya. Ia bangga dan selalu terbuai oleh akal-pikiran untuk meraih tujuan-tujuan duniawi (hubud dunya), mabuk atas hawa nafsunya dan kesenangan diri.
أَسْتَغفِرُاللهَ الْعَظيِمْ, وَ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ•
Oleh karena itu berkumpul dengan orang yang memiliki hati semacam ini adalah penyakit, bergaul dengannya adalah racun dan beteman/bersahabat dengannya adalah kerugian dan kehancuran.

Moga manfaat dan renungan diri sebagai nutrisi hati kita dalam Iman, islam, dan Ikhsan kepada Allah  سبحانه وتعالى ....

~abah al-faqiir

Minggu, 19 Februari 2017

Sudah siapkah...

Sayangilah diri ini

Orang yang paling dirundung penyesalan pada hari kiamat ialah orang yang memperoleh harta dari sumber yang tidak halal lalu menyebabkannya masuk neraka. (HR. Bukhari)..

Kekayaan yang Haqiqi itu, sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasulullah shallaallahu alaihi wasallam:
"Sesungguhnua kekayaan itu bukanlah ditandai dengan banyaknya Harta benda, tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah yang kaya hati dan jiwanya." (Hr.Bukhari, Muslim,Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad )

Apa sebenarnya yang bisa kita bangga dan sombongkan atas apa-apa yang kita miliki..?
Ingatlah.. Sesunggungnya kita semua ini bukanlah tuan rumah di bumi Allah ini,
Tapi setiap kita adalah TAMU
Juga kita bukanlah pemilik dari apa-apa yang ada pada kita,
Namun apa-apa dan semua yang ada pada kita itu hanyalah TITIPAN

Sebagai tamu sudah tentu keberadaan kita tak akan lah LAMA atau tinggal selamanya,
Tapi hingga kunjungan kita dirasakan cukup, pastilah kita akan PAMIT dan KEMBALI...

Begitupun HARTA dan apa-apa yang dititipkan kepada kita termasuk diri ini pun, pasti akan dikembalikan atau dipulangkan kepada sang pemiliknya...
اِنّا لِلّهِ وَاِنّا اِلَيْهِ رَجِعُوْنَ

Demikianlah apa yang disampaikan sahabat Rosulullah  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ , Ibbu Mas'ud رضي الله عنه buat kita semua sebagai renungan dan nasehat diri sebagai nutrisi iman islam dan ikhsaan kita kepada Allah semata...

~abah al-faqiir

Katanya...

Katanya....

Katanya pingin SurgaNya Allah, tapi kenapa enggan melakukan amalan-amalan Surga...!
Katanya ingin SurgaNya, namun kenapa amal shaleh dihindari dan amal salah digemari yang seakan amal prilaku dan akhlak kita berlomba menuju Neraka Nya Allah....! Astaghfirullahal adhiim.

Allah telah berfirman dalam surat Yunus:44 bahwa “Allah tak pernah mendzalimi kehidupan hamba-Nya dan manakala ada kerugian atau keburukan dari hidup hamba-Nya itu karena khilaf dan kesalahan diri mereka sendiri”.

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا▪
".... Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar." (Qs. At-Talaaq:2)

Sementara bagi mereka yang beriman dan taat kepada Allah, tentu akan berbeda dalam menyikapi sisi kehidupan ini. Mereka akan menghadapi dan menapakinya dengan penuh kesabaran, tawaqal secara Ikhlas untuk meraih ridhaAllah dan selalu mensyukuri atas nikmat dan rahmatAllah atas dirinya.

Ini semua, karena mereka meyakini bahwa baik atau buruknya segala apa yang terjadi dan dialami manusia, pastilah memiliki hikmah atau pelajaran berharga dan manisnya rahasia yang dapat diketahuinya cepat atau lambat. Tidak ada yang sia-sia di dunia ini. Sungguhlah Allah yang Maha Sempurna dalam menyelenggarakan kehidupan hamba-Nya di muka bumi ini.

وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ ۚ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا▪
"Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (Qs. At-Talaaq:3)

Mereka yang di dalam dadanya selalu dipenuhi rasa syukur itulah mereka yang memiliki kekayaan yang sesungguhnya. Hatinya lapang dan jiwanya bersih dari angan-angan kosong dan impian yang melemahkan gairah hidup. Tidak ada waktu baginya untuk memikirkan suatu yang dimiliki orang lain, tetapi ia sibuk dengan berbagai macam nikmat yang Allah SWT yang tak terhingga yang mereka dapatkan dari-Nya. Sehingga melahirkan jiwa yang besar, dan jiwa yang Kaya itulah Kekayaan yang Haqiqi. sebagaimana, Rasulullah shallaallahu alaihi wasallam bersabda :
"Bukanlah kekayaan dengan banyaknya Harta benda, tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah yang kaya jiwanya." (Hr.Bukhari, Muslim,Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan Ahmad )

قَالَ يَا قَوْمِ أَرَأَيْتُمْ إِنْ كُنْتُ عَلَىٰ بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّي وَرَزَقَنِي مِنْهُ رِزْقًا حَسَنًا ۚ وَمَا أُرِيدُ أَنْ أُخَالِفَكُمْ إِلَىٰ مَا أَنْهَاكُمْ عَنْهُ ۚ إِنْ أُرِيدُ إِلَّا الْإِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُ ۚ وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللَّهِ ۚ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ▪
"Syu'aib berkata: "Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan dianugerahi-Nya aku dari pada-Nya rezeki yang baik (patutkah aku menyalahi perintah-Nya)? Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku larang. Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali. (Qs. Hud:88)

Moga bisa memberikan sidikit kemanfaatan kebaikan dan peningkatan Iman, Islam dan Ikhsaan kita.. hanya kepada Allah semata..!

~abah al-faqiir

Jumat, 17 Februari 2017

Qur'an Menjawab

Qur'an Menjawab....

Kita bertanya dan Al-QUR’AN menjawab…

1. Kita bertanya :  MENGAPA AKU DIUJI?
AL-QURAN menjawab:

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ▪
وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِين▪
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan,"Kami telah beriman", sedangkan mereka tidak diuji?
Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yg benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta."
(Qs. Al-Ankabut : 2-3)

2. Kita bertanya : MENGAPA UJIAN SEBERAT INI?
AL-QURAN menjawab :

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ.....
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya....
(Qs. Al-Baqarah : 286)

3. Kita bertanya : MENGAPA AKU TAK DAPAT APA YG AKU IDAM-IDAMKAN?
AL-QURAN menjawab :

وَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ▪
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui." (Qs. Al-Baqarah : 216)

4. Kita bertanya : MENGAPA AKU MERASA FRUSTRASI?
AL-QURAN menjawab :

وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ▪
"Janganlah  kamu bersikap lemah. dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu orang-orang yang beriman." (Qs. Al-Imran : 139)

5. Kita bertanya : BAGAIMANA AKU HARUS MENGHADAPINYA?
AL-QURAN menjawab :

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ▪
"Dan mintalah pertolongan (kepada Allah)  dengan jalan sabar dan mengerjakan sholat; dan sesungguhnya shalat itu amatlah berat kecuali kepada orang-orang yang khusyu"
(Qs. Al-Baqarah : 45)

6. Kita bertanya : APA YANG AKU DAPAT DARIPADA SEMUA INI?
AL-QURAN menjawab :

إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَىٰ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ ۚ ▪
"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang  mu'min, diri, harta mereka dengan memberikan syurga untuk mereka.
(Qs. At-Taubah : 111)

7. Kita bertanya : KEPADA SIAPA AKU BERHARAP?
AL-QURAN menjawab :

فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ ۖ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ▪
'Cukuplah Allah bagiku,tidak ada Tuhan selain dariNya. Hanya kepadaNya aku bertawakkal." (Qs. At-Taubat : 129)

8. Kita bertanya : AKU TAK TAHAN DENGAN DERITA INI…..!!!
AL-QURAN menjawab :

....إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ▪
"......dan janganlah kamu berputus asa dari  rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir." (Qs. Yusuf : 87)

9. Kita bertanya : MENGAPA HATI INI SELALU GELISAH DAN  TIDAK TENANG ?
AL-QURAN menjawab :

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوب▪
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (Qs. Ar-Ra'du : 28)

Moga manfaat…! Untuk kita renungkan bersama. Aamiin

~abah al-faqiir

Imdahnya Bersyukur

Indahnya Syukur

Pada dasarnya, kehidupan semua manusia adalah sama. Kita hanya akan melewati dua sisi kehidupan yang telah di tentukan oleh Allah SWT yaitu kebahagiaan dan kesedihan, kemudahan dan kesulitan, keberuntungan dan kerugian, kita semua tentunya sudah, sedang dan akan terus merasakan keduanya secara silih berganti.

Demikianlah kita dalam menapaki hidup ini. Namun, tentu tidak sedikit dari kita yang mungkin belum bisa menerima kenyataan ini. Keinginan mereka adalah;
▪semua hari adalah bahagia tanpa bencana,
▪semua cuaca adalah cerah tanpa badai,
▪semua tanah adalah subur tanpa gersang,
▪semua air adalah jernih tanpa keruh.

Mereka-mereka yang seperti ini tentulah tak akan pernah tenang dalam hidupnya dan jauh dari rasa syukur.
Saat mereka mendapatkan suatu nikmat atau keberhasilan, mereka menganggap itu hasil jerih payahnya tanpa campur tangan Allah atau siapa pun. Mereka merasa hebat dan bangga atas keberhasilannya itu...
Dan saat mengalami kegagalan, mereka selalu sibuk untuk mencari kelemahan dan keburukan orang lain, hingga tanpa pernah disadari mereka telah mengkhufuri nikmat dan rahmatAllah atas dirinya. Mereka  selalu mencari pembenaran diri untuk menutupi kelemahan dan keburukannya. Mereka yang demikian ini tidak akan pernah merasa tenang dan akan terus terombang-ambing oleh nafsu dan impiannya atas tipu-daya duniawi. Mereka akan mudah berputus asa atas rahmat Allah. Astghfirullahal adhiim.

Sebagaimana firman Allah dalam Qs. Yunus :7-8

إِنَّ الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا وَرَضُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاطْمَأَنُّوا بِهَا وَالَّذِينَ هُمْ عَنْ آيَاتِنَا غَافِلُونَ▪
أُولَٰئِكَ مَأْوَاهُمُ النَّارُ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُون▪
"Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan."

Juga di surat yang ayat 44, Allah berfirman...

إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ النَّاسَ شَيْئًا وَلَٰكِنَّ النَّاسَ أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ▪
bahwa “Allah tak pernah mendzalimi kehidupan hamba-Nya dan manakala ada kerugian atau keburukan dari hidup hamba-Nya itu karena khilaf dan kesalahan diri mereka sendiri”.

Sementara bagi mereka yang beriman kepada Allah, tentu akan berbeda dalam menyikapi dua sisi kehidupan ini. Mereka akan menghadapi dan menapakinya dengan penuh kesabaran, tawaqal secara Ikhlas untuk meraih ridhaAllah dan selalu mensyukuri atas nikmat dan rahmatAllah atas dirinya. Sebab, Mereka meyakini bahwa baik atau buruknya segala apa yang terjadi dan dialami manusia, pastilah memiliki hikmah atau pelajaran berharga dan manisnya rahasia yang dapat diketahuinya cepat atau lambat. Tidak ada yang sia-sia di dunia ini. Sungguhlah Allah yang Maha Sempurna dalam menyelenggarakan kehidupan hamba-Nya di muka bumi ini.

Sebaggaimana dalam surat yang sama pula pada ayat 9, Allah berfirman...

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ يَهْدِيهِمْ رَبُّهُمْ بِإِيمَانِهِمْ ۖ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمُ الْأَنْهَارُ فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ▪
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai-sungai di dalam surga yang penuh kenikmatan."

Mereka yang di dalam dadanya selalu dipenuhi rasa syukur itulah mereka yang memiliki kekayaan yang sesungguhnya. Hatinya lapang dan jiwanya bersih dari angan-angan kosong dan impian yang melemahkan gairah hidup. Tidak ada waktu baginya untuk memikirkan suatu yang dimiliki orang lain, tetapi ia sibuk dengan berbagai macam nikmat yang Allah SWT yang tak terhingga yang mereka dapatkan dari-Nya. Sehingga melahirkan jiwa yang besar, dan jiwa yang Kaya itulah Kekayaan yang Haqiqi. sebagaimana, Rasulullah shallaallahu alaihi wasallam bersabda :
"Bukanlah kekayaan dengan banyaknya Harta benda, tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah yang kaya jiwanya." (Hr. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan Ahmad )

Renungan...

فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَىٰ عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِآيَاتِهِ ۚ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْمُجْرِمُون▪
"Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya, tiadalah beruntung orang-orang yang berbuat dosa." (Qs. Yunus:17)

Moga bisa memberikan sidikit kemanfaatan kebaikan dan peningkatan Iman, Islam dan Ikhsaan Kita..!

~abah al-faqiir