JAGALAH LISAN & TULISAN...
Menjaga lisan dan pendengaran adalah amanah bagi kita untuk bisa menahan diri dan saling menjaga tutur kata dari lisan kita untuk suatu ketaatan dan ketebalan iman kita kepada Allah semata. Sebagaimana firman-firman-Nya untuk menjaga lisan kita;
Lisan atau mulut adalah media bagi manusia dalam mencapai maslahat bagi dirinya, yang karenanya Allah subhanahu wata’ala menetapkan kewajiban terhadap lisan untuk tetap melaksanakan atau menggunakan lisan tersebut sesuai dengan perintahNYA, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala, artinya,
قُولُوا آَمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا
“Katakanlah (hai orang-orang mu'min), "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami.” (QS.al-Baqarah:136)
Dan juga firman-Nya
وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا
“Serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia.” (QS al-Baqarah:83)
Ibnu Umar رضي الله عنه menuturkan bahwa Rosulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda; "Janganlah kalian banyak bicara tanpa disertai dzikir kepada Allah, karena sesungguhnya banyak bicara tanpa disertai dzikir kepada Allah سبحانه وتعالى itu akan menyebabkan kerasanya hati. Dan sesungguhnya hamba yang paling jauh dari Allah سبحانه وتعالى adalah hamba yang keras (mati) hatinya". (HR. Tirmidzi dalam tema 'Az-Zahdu, no. 2413).
Ini bahwasanya banyak membicarakan perkara-perkara yang tidak bermanfaat (dapat menimbulkan mudharat) itu akan menyebabkan keras (mati) nya hati sehingga jauh dari rahmat Allah سبحانه وتعالى dan sulit menerima petunjuk atau nasehat yang baik.
Sementara Allah سبحانه وتعالى membagi hati menjadi 3 macam; 2 hati akan terkena fitnah, yaitu hati yang di dalamnya ada penyakit dan hati yang keras (mati). Dan hanya ada satu hati yang selamat, yaitu hati dari seorang mukmiin yang selalu merendahkan dirinya kepada Allah سبحانه وتعالى . Inilah hati yang akan selalu merasa tenang bersama Allah, tunduk, berserah diri, serta taat kepada-Nya.
Hati yang keras (mati) itu adalah hati yang tak ada kehidupan di dalamnya. Ia jauh dari mengenal Allah. Ia bahkan selalu menuruti keinginan nafsunya dan menjadikan nafsu sebagai tuhannya. Dan ia akan dimurkai oleh Allah سبحانه وتعالى , namun ia tidak perduli apakah Allah akan ridha atau murka, asalkan ia bisa mendapatkan apa yang menjadi keinginan nafsunya.
Jika ia mencintai atau membenci itu karena nafsunya, dan bila ia memberi, berbagi, atau menolak itu juga karena nafsunya dan bukan karena Allah سبحانه وتعالى .
Hawa nafsu akan menjadi pemimpinnya, syahwat menjadi komandannya, kebodohan menjadi sopirnya, dan kelalaian menjadi keandaraannya. Ia bangga dan selalu terbuai oleh akal-pikiran untuk meraih tujuan-tujuan duniawi (hubud dunya), mabuk atas hawa nafsunya dan kesenangan diri.
أَسْتَغفِرُاللهَ الْعَظيِمْ, وَ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ•
Oleh karena itu berkumpul dengan orang yang memiliki hati semacam ini adalah penyakit, bergaul dengannya adalah racun dan beteman/bersahabat dengannya adalah kerugian dan kehancuran.
Moga manfaat dan renungan diri sebagai nutrisi hati kita dalam Iman, islam, dan Ikhsan kepada Allah سبحانه وتعالى ....
~abah al-faqiir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar