Jumat, 17 Februari 2017

Imdahnya Bersyukur

Indahnya Syukur

Pada dasarnya, kehidupan semua manusia adalah sama. Kita hanya akan melewati dua sisi kehidupan yang telah di tentukan oleh Allah SWT yaitu kebahagiaan dan kesedihan, kemudahan dan kesulitan, keberuntungan dan kerugian, kita semua tentunya sudah, sedang dan akan terus merasakan keduanya secara silih berganti.

Demikianlah kita dalam menapaki hidup ini. Namun, tentu tidak sedikit dari kita yang mungkin belum bisa menerima kenyataan ini. Keinginan mereka adalah;
▪semua hari adalah bahagia tanpa bencana,
▪semua cuaca adalah cerah tanpa badai,
▪semua tanah adalah subur tanpa gersang,
▪semua air adalah jernih tanpa keruh.

Mereka-mereka yang seperti ini tentulah tak akan pernah tenang dalam hidupnya dan jauh dari rasa syukur.
Saat mereka mendapatkan suatu nikmat atau keberhasilan, mereka menganggap itu hasil jerih payahnya tanpa campur tangan Allah atau siapa pun. Mereka merasa hebat dan bangga atas keberhasilannya itu...
Dan saat mengalami kegagalan, mereka selalu sibuk untuk mencari kelemahan dan keburukan orang lain, hingga tanpa pernah disadari mereka telah mengkhufuri nikmat dan rahmatAllah atas dirinya. Mereka  selalu mencari pembenaran diri untuk menutupi kelemahan dan keburukannya. Mereka yang demikian ini tidak akan pernah merasa tenang dan akan terus terombang-ambing oleh nafsu dan impiannya atas tipu-daya duniawi. Mereka akan mudah berputus asa atas rahmat Allah. Astghfirullahal adhiim.

Sebagaimana firman Allah dalam Qs. Yunus :7-8

إِنَّ الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا وَرَضُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاطْمَأَنُّوا بِهَا وَالَّذِينَ هُمْ عَنْ آيَاتِنَا غَافِلُونَ▪
أُولَٰئِكَ مَأْوَاهُمُ النَّارُ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُون▪
"Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan."

Juga di surat yang ayat 44, Allah berfirman...

إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ النَّاسَ شَيْئًا وَلَٰكِنَّ النَّاسَ أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ▪
bahwa “Allah tak pernah mendzalimi kehidupan hamba-Nya dan manakala ada kerugian atau keburukan dari hidup hamba-Nya itu karena khilaf dan kesalahan diri mereka sendiri”.

Sementara bagi mereka yang beriman kepada Allah, tentu akan berbeda dalam menyikapi dua sisi kehidupan ini. Mereka akan menghadapi dan menapakinya dengan penuh kesabaran, tawaqal secara Ikhlas untuk meraih ridhaAllah dan selalu mensyukuri atas nikmat dan rahmatAllah atas dirinya. Sebab, Mereka meyakini bahwa baik atau buruknya segala apa yang terjadi dan dialami manusia, pastilah memiliki hikmah atau pelajaran berharga dan manisnya rahasia yang dapat diketahuinya cepat atau lambat. Tidak ada yang sia-sia di dunia ini. Sungguhlah Allah yang Maha Sempurna dalam menyelenggarakan kehidupan hamba-Nya di muka bumi ini.

Sebaggaimana dalam surat yang sama pula pada ayat 9, Allah berfirman...

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ يَهْدِيهِمْ رَبُّهُمْ بِإِيمَانِهِمْ ۖ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمُ الْأَنْهَارُ فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ▪
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai-sungai di dalam surga yang penuh kenikmatan."

Mereka yang di dalam dadanya selalu dipenuhi rasa syukur itulah mereka yang memiliki kekayaan yang sesungguhnya. Hatinya lapang dan jiwanya bersih dari angan-angan kosong dan impian yang melemahkan gairah hidup. Tidak ada waktu baginya untuk memikirkan suatu yang dimiliki orang lain, tetapi ia sibuk dengan berbagai macam nikmat yang Allah SWT yang tak terhingga yang mereka dapatkan dari-Nya. Sehingga melahirkan jiwa yang besar, dan jiwa yang Kaya itulah Kekayaan yang Haqiqi. sebagaimana, Rasulullah shallaallahu alaihi wasallam bersabda :
"Bukanlah kekayaan dengan banyaknya Harta benda, tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah yang kaya jiwanya." (Hr. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan Ahmad )

Renungan...

فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَىٰ عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِآيَاتِهِ ۚ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْمُجْرِمُون▪
"Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya, tiadalah beruntung orang-orang yang berbuat dosa." (Qs. Yunus:17)

Moga bisa memberikan sidikit kemanfaatan kebaikan dan peningkatan Iman, Islam dan Ikhsaan Kita..!

~abah al-faqiir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar