Jumat, 03 Maret 2017

Imam Ghozali dan Lalat

Cinta Imam al-Ghazali pada Lalat

Bila sebuah nama Imam al-Ghazali disebut, maka gambaran yang muncul dibenak kita adalah sosok ulama abad pertengahan yang memiliki reputasi kealiman ilmu dan keshalihan ibadah yang tak diragukan. Dan beliau  termasuk sosok  cendekia  muslim yang alim dalam keilmuannya pada masanya. 

Dibalik serba-serbi kealiman ilmu dan ketaatannya dalam beribadah, setelah wafatnya beliau terselip kisah unik Imam al-Ghazali dalam ketaatannya beragama tentang keikhlasannya pada seekor lalat. As-Syekh Nawawi al-Bantani dalam kitabnya, 'Nashaihul ‘Ibad' menulis cerita seseorang yang bertemu Imam al-Ghazali dalam sebuah mimpi. Dan orang tersebut bertanya pada beliau; “Bagaimana Allah memperlakukanmu?”.

Kemudian dalam mimpi itu, Imam al-Ghazali mengisahkan bahwa di hadapan Allah ia ditanya tentang bekal apa yang akan  ia serahkan untuk-Nya. Al-Ghazali pun menimpali dengan menyebut satu per satu seluruh kealiman ilmu, ketaatan, dan kekhusukan ibadah yang pernah ia jalani di kehidupan dunia.

Namun..., “Aku (Allah) menolak itu semua!” Dan ternyata Allah Subhana Wa Ta'ala menepis berbagai amalan Imam al-Ghazali kecuali satu amalan kebaikannya yang diterima ketika bertemu dengan seekor lalat.

Dimana saat itu Imam al-Ghazali sedang sibuk menulis kitab dengan penanya, tiba-tiba datang seekor lalat mengusiknya barang sejenak. Lalat itu hinggap pada ujung mata penanya. Tampaknya seekor lalat itu sedang kehausan dan tinta di depan mata menjadi sasaran minumnya. Sang Imam yang mengerti kehausan lalat itu dan merasa kasihan lantas berhenti menulis untuk memberi kesempatan si lalat melepaskan dahaganya dari tinta yang diminumnya itu.

“Masuklah bersama hamba-Ku ke sorga,” kata Allah kepada Imam al-Ghazali dalam kisah mimpi itu.

Sungguh sekelumit kisah singkat ini mengandung pesan tentang betapa dahsyatnya pengaruh hati yang bening dan bersih terjaga dari penuakit-penyakit hati dan egoisme yang semata-mata hanya untuk menang sendiri dan kepentingan diri sendiri. Kasih sayang dan keikhlasan Imam al-Ghazali yang luas, hingga kepada seekor lalat yang telah membawa dan mengantarkan beliau mencapai tingkatan mukhlasin meraih ridha dalam rahmat Allah dan kemuliaan disisi Allah.

Dari kisah peristiwa ini secara tidak langsung telah menampar sebagian kalangan yang kerap membangga-banggakan jasa-jasa baiknya, kealiman dan amal-amal sholih serta ketatannya dalam beribadah. Karena ternyata penilaian ibadah seorang hamba itu sepenuhnya milik Allah semata, dan bukan milik manusia. Tak ada ruang bagi kita sedikit pun untuk menghakimi kualitas diri sendiri ataupun orang lain. Apapun seluruh capaian prestasi ibadah dan kebenaran dalam melaksanakan ketaatan beragama yang disombongkan itu adalah sebuah ketidak-jujuran atas diri sendiri dan bisa jadi justru berbuah pada kenistaan serta aniaya diri.

Dan al-Imam al-Ghazali sesungguhnya hanya melaksanakan apa yang telah dicontohkan dan diteladankan atau diperintahkan Rosulullah Shalallahu 'Alaihi Wasalam, yaitu: “Irhamu man fil ardli yarhamkum man fis sama’. Sayangilah semua yang ada di bumi, maka semua yang ada di langit akan menyayangimu.” (Mahbib Khoiron)

moga manfaat dan bisa menjadi renungan bagi iman, islam, dan ikhsan kita kepada Allah.

~abah al-faqiir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar